Labels

Selamat datang diblogku

Selasa, 13 Desember 2011

ETIKA PROFESIONAL


ETIKA DAN MORALITAS
Etika berasal dari bahasa yunani “ethos” yang berarti “karakter”, nama lain dari etika adalah moralitas yang berasal dari bahasa latin “mores” yang berarti  kebiasaan.
 Etika umum
Para ahli filsafat etika umum ini terbagi menjadi 2 yaitu
v  ethical absolutists etika yang berlaku secara universal dan berlaku sepanjang masa
v  ethical relativists pertimbangan etis ditentukan oleh perubahan tradisi dan kebiasaan dalam masyarakat
6  langkah pengambilan keputusan kerangka etika
v   Mendapatkan fakta-fakta yang relevan dengan keputusan
v   Mengidentifikasi masalah etis dari fakta-fakta tersebut
v   Menentukan siapa yang terpengaruh dan bagaimana pengaruhnya
v   Mengidentifikasi alternatif-alternatif pengambilan keputusan
v   Mengidentifikasi konsekuensi dari setiap alternative
v   Menetapkan pilihan etika

·         Etika professional
Prinsip perilaku untuk para professional,yang dirancang baik untuk berprilaku ideal
KOMPOSISI KODE ETIK IAI
1.      prinsip etika
Memberikan kerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa professional.oleh anggota, disahkan oleh kongres,dan berlaku bagi seluruh anggota.
2.      aturan etika
disahkan oleh rapat anggota himpunan,dan berlaku untuk anggota himpunan yang bersangkutan.
3.   interpretasi aturan etika, interpretasi yang dikeluarkan oleh badan yang dibentuk untuk memperhatikan tanggapan dari anggota dan pihak yang berkempentingan lainnya sebagai paduan dlam penerapan aturan etika

1)                              Prinsip etika
·         Tanggungjawab profesi : profesi akuntan memegang peranan penting di masyarakat srhingga menimbulkan tanggungjawab akuntan terhadap kepentingan publik
·         Kepentingan public profesi akuntan  ada karena public percaya kepada jasa unik yang diberikan kepada masyarakat. Sehingga jasnya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara
·         Integritas : suatu elemen karaklter yang mendasari timbulnya  pengakuan professional
·         Obyektivitas : Suatu kulaitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota, yang mengharuskan sikap anggota terbebas dari benturan kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain
·         Kompetensi dan kehati-hatian professional : anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa professional dengan sebaik-baiknya ssesuai dengan kemampuan demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik
·         Kerahasiaan : anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati informasi tentang klien walaupun kontrak tersebut telah berakhir kecuali terdapat persetujuan khusus
·         Perilaku professional : perilaku yang konsisten dengan teputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan  profesi
·         Standar tehknis : standar professional yang relevan sesuai dengan keahliannya dan berhati-hati, angota mempunyai kewajiban untuk melaksnakan penguasaan dari penerima jasa selama penguasaan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas

2)      Aturan Etika – Kompatemen Kuntansi Publik
·         100 :indenpedensi integritas dan obyektivitas
·         101  independensi : setiap menjalankan tugasnya anggota KAP         harus selalu memiliki sikap mental independen di dalam memberikan jasa professional yang ditetapkan oleh IAI
·         102 Integritas dan obyektivitas :  nggota KAP harus bebas dari benturan kepentingan dan tidak boleh membiarkan factor salah saji material yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannyta kepada orang lain
·         200 Standar umum dan prinsip akuntansi
·         201 Standar Umum
·         202 Kepatuhan terhadap standar
·         203 Prinsip-prinsip akuntansi
·         300 Tanggung jawab kepada klien
·         301 Informasi klien yang rahasia
·         302 fee professional
·         400 Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
·         401 Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
·         402 Komunikasi antar akuntan public
·         403 Perikatan atestasi
·         500 Tanggung jawab dan praktik lain
·         501 perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan
·         502 ilan, promosi dan kegitan pemasaran lainnya
·         503 komisi dan fee referal
·         504 bentuk Organisasi dan Nama KAP







sistem penganggaran


Fungsi Anggaran
1.  Alat perencanaan
2.  Alat pengendalian
3.  Alat kebijakan fiskal
4.  Alat politik
5.  Alat koordinasi dan komunikasi
6.  Alat penilaian kinerja
7.  Alat motivasi
8.  Alat penciptaan ruang publik

Prinsip Anggaran:
1.  Otorisasi dari legislatif
2.  Komprehensif
3.  Utuh
4.  Apropriasi nondikresioner
5.  Periodik
6.  Akurat
7.  Jelas
8.  Diketahui publik

Tahap penyusunan anggaran:
1.  Disusun
2.  Diratifikasi
3.  Dilaksanakan
4.  Dilaporkan


SiSTEM PENYUSUNAN ANGGARAN

a.  Sistem Anggaran Tradisional

Ciri khas anggaran tradisional adalah anggaran yang mendasarkan diri pada:
b.  Line item. Unsur-unsur anggaran tahun sebelumnya dilanjutkan tanpa dikaji terlebih dahulu.

Unsur                               2008                 2009
Pemeliharaan                   x                      x
Tunjangan anak               x                      x
Perjalanan dinas              x                      x
Vakasi                              x                      x
Biaya rapat                      x                      x

c.  Incrementalism. Usulan anggaran adalah tambahan sejumlah tertentu dari anggaran tahun sebelumnya.

Unsur                               2008                 2009 (+10%)
Pemeliharaan                 10.000              11.000
Tunjangan anak               4.000               4.400
Perjalanan dinas              2.000               2.200
Vakasi                              1.000               1.100
Biaya rapat                      3.000               3.300
                                              20.000              22.000


Anggaran Kinerja

Perlu disepakati di awal apa ukuran kinerja. Ukuran kinerja pada umumnya dikaitkan dengan:
a.  Ekonomis
b.  Efisiensi
c.  Efektivitas


Outcome
Output
Input
Harga input

ZBB - (Zero Based Budgeting System)

Anggaran disusun seolah-olah segala sesuatu mulai dari nol. Penyusun anggaran tidak boleh terjebak (terframing) oleh apa yang terjadi di tahun lalu.

Setiap awal tahun anggaran dilakukan pengkajian. Hasil kajian ini bisa menyebabkan suatu aktivitas dilakukan tahun depan pada:
a.  Tingkat 100% (sama dengan tahun lalu)
b.  Tingkat 75% (lebih rendah dari tahun lalu)
c.  Tingkat 120% (lebih tinggi dari tahun lalu)
d.  Dieliminasi (aktivitas ini tidak dilakukan tahun depan)

Tahapan:
a.  Tentukan unit keputusan (misalnya kepala bidang)
b.  Tentukan peket keputusan (setiap kegiatan diubuatkan paketnya dengan berbagai alternatif: Paket 1 dari 3, Paket 2 dari 3, Paket 3 dari 3).
c.  Paket dirangking. Anggaran yang ada disetiap paket yang dipilih menjadi anggaran yang diusulkan.

PPBS

Setiap kegiatan yang diusulkan harus dengan alternatif. Setiap alternatif dihitung cost dan benefit nya. Alternatif yang paling banyak benefits dibandingkan cost nya akan dipilih.

Surah Al Fatihah - Abdul Rahman Sudais - Quran : Chapter1

Beriman bahwa Tuhan itu ada adalah iman yang paling utama


Beriman bahwa Tuhan itu ada adalah iman yang paling utama. Jika seseorang sudah tidak percaya bahwa Tuhan itu ada, maka sesungguhnya orang itu dalam kesesatan yang nyata.
Benarkah Tuhan itu ada? Kita tidak pernah melihat Tuhan. Kita juga tidak pernah bercakap-cakap dengan Tuhan. Karena itu, tidak heran jika orang-orang atheist menganggap Tuhan itu tidak ada. Cuma khayalan orang belaka.
Ada kisah zaman dulu tentang orang atheist yang tidak percaya dengan Tuhan. Dia mengajak berdebat seorang alim mengenai ada atau tidak adanya Tuhan. Di antara pertanyaannya adalah: “Benarkah Tuhan itu ada” dan “Jika ada, di manakah Tuhan itu?”
Ketika orang atheist itu menunggu bersama para penduduk di kampung tersebut, orang alim itu belum juga datang. Ketika orang atheist dan para penduduk berpikir bahwa orang alim itu tidak akan datang, barulah muncul orang alim tersebut.
“Maaf jika kalian menunggu lama. Karena hujan turun deras, maka sungai menjadi banjir, sehingga jembatannya hanyut dan saya tak bisa menyeberang. Alhamdulillah tiba-tiba ada sebatang pohon yang tumbang. Kemudian, pohon tersebut terpotong-potong ranting dan dahannya dengan sendirinya, sehingga jadi satu batang yang lurus, hingga akhirnya menjadi perahu. Setelah itu, baru saya bisa menyeberangi sungai dengan perahu tersebut.” Begitu orang alim itu berkata.
Si Atheist dan juga para penduduk kampung tertawa terbahak-bahak. Dia berkata kepada orang banyak, “Orang alim ini sudah gila rupanya. Masak pohon bisa jadi perahu dengan sendirinya. Mana bisa perahu jadi dengan sendirinya tanpa ada yang membuatnya!” Orang banyak pun tertawa riuh.
Setelah tawa agak reda, orang alim pun berkata, “Jika kalian percaya bahwa perahu tak mungkin ada tanpa ada pembuatnya, kenapa kalian percaya bahwa bumi, langit, dan seisinya bisa ada tanpa penciptanya? Mana yang lebih sulit, membuat perahu, atau menciptakan bumi, langit, dan seisinya ini?”
Mendengar perkataan orang alim tersebut, akhirnya mereka sadar bahwa mereka telah terjebak oleh pernyataan mereka sendiri.
“Kalau begitu, jawab pertanyaanku yang kedua,” kata si Atheist. “Jika Tuhan itu ada, mengapa dia tidak kelihatan. Di mana Tuhan itu berada?” Orang atheist itu berpendapat, karena dia tidak pernah melihat Tuhan, maka Tuhan itu tidak ada.
Orang alim itu kemudian menampar pipi si atheist dengan keras, sehingga si atheist merasa kesakitan.
“Kenapa anda memukul saya? Sakit sekali.” Begitu si Atheist mengaduh.
Si Alim bertanya, “Ah mana ada sakit. Saya tidak melihat sakit. Di mana sakitnya?”
“Ini sakitnya di sini,” si Atheist menunjuk-nunjuk pipinya.
“Tidak, saya tidak melihat sakit. Apakah para hadirin melihat sakitnya?” Si Alim bertanya ke orang banyak.
Orang banyak berkata, “Tidak!”
“Nah, meski kita tidak bisa melihat sakit, bukan berarti sakit itu tidak ada. Begitu juga Tuhan. Karena kita tidak bisa melihat Tuhan, bukan berarti Tuhan itu tidak ada. Tuhan ada. Meski kita tidak bisa melihatNya, tapi kita bisa merasakan ciptaannya.” Demikian si Alim berkata.
Sederhana memang pembuktian orang alim tersebut. Tapi pernyataan bahwa Tuhan itu tidak ada hanya karena panca indera manusia tidak bisa mengetahui keberadaan Tuhan adalah pernyataan yang keliru.
Berapa banyak benda yang tidak bisa dilihat atau didengar manusia, tapi pada kenyataannya benda itu ada?
Betapa banyak benda langit yang jaraknya milyaran, bahkan mungkin trilyunan cahaya yang tidak pernah dilihat manusia, tapi benda itu sebenarnya ada?
Berapa banyak zakat berukuran molekul, bahkan nukleus (rambut dibelah 1 juta), sehingga manusia tak bisa melihatnya, ternyata benda itu ada? (manusia baru bisa melihatnya jika meletakan benda tersebut ke bawah mikroskop yang amat kuat).
Berapa banyak gelombang (entah radio, elektromagnetik. Listrik, dan lain-lain) yang tak bisa dilihat, tapi ternyata hal itu ada.
Benda itu ada, tapi panca indera manusia lah yang terbatas, sehingga tidak mengetahui keberadaannya.
Kemampuan manusia untuk melihat warna hanya terbatas pada beberapa frekuensi tertentu, demikian pula suara. Terkadang sinar yang amat menyilaukan bukan saja tak dapat dilihat, tapi dapat membutakan manusia. Demikian pula suara dengan frekuensi dan kekerasan tertentu selain ada yang tak bisa didengar juga ada yang mampu menghancurkan pendengaran manusia. Jika untuk mengetahui keberadaan ciptaan Allah saja manusia sudah mengalami kesulitan, apalagi untuk mengetahui keberadaan Sang Maha Pencipta!
Memang sulit membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Tapi jika kita melihat pesawat terbang, mobil, TV, dan lain-lain, sangat tidak masuk akal jika kita berkata semua itu terjadi dengan sendirinya. Pasti ada pembuatnya.
Jika benda-benda yang sederhana seperti korek api saja ada pembuatnya, apalagi dunia yang jauh lebih kompleks.
Bumi yang sekarang didiami oleh sekitar 8 milyar manusia, keliling lingkarannya sekitar 40 ribu kilometer panjangnya. Matahari, keliling lingkarannya sekitar 4,3 juta kilometer panjangnya. Matahari, dan 8 planetnya yang tergabung dalam Sistem Tata Surya, tergabung dalam galaksi Bima Sakti yang panjangnya sekitar 100 ribu tahun cahaya (kecepatan cahaya=300 ribu kilometer/detik!) bersama sekitar 100 milyar bintang lainnya. Galaksi Bima Sakti, hanyalah 1 galaksi di antara ribuan galaksi lainnya yang tergabung dalam 1 “Cluster”. Cluster ini bersama ribuan Cluster lainnya membentuk 1 Super Cluster. Sementara ribuan Super Cluster ini akhirnya membentuk “Jagad Raya” (Universe) yang bentangannya sejauh 30 Milyar Tahun Cahaya! Harap diingat, angka 30 Milyar Tahun Cahaya baru angka estimasi saat ini, karena jarak pandang teleskop tercanggih baru sampai 15 Milyar Tahun Cahaya.
Bayangkan, jika jarak bumi dengan matahari yang 150 juta kilometer ditempuh oleh cahaya hanya dalam 8 menit, maka seluruh Jagad Raya baru bisa ditempuh selama 30 milyar tahun cahaya. Itulah kebesaran ciptaan Allah! Jika kita yakin akan kebesaran ciptaan Tuhan, maka hendaknya kita lebih meyakini lagi kebesaran penciptanya.
Dalam Al Qur’an, Allah menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan langit, bintang, matahari, bulan, dan lain-lain:
“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.” [Al Furqoon:61]
Ada jutaan orang yang mengatur lalu lintas jalan raya, laut, dan udara. Mercusuar sebagai penunjuk arah di bangun, demikian pula lampu merah dan radar. Menara kontrol bandara mengatur lalu lintas laut dan udara. Sementara tiap kendaraan ada pengemudinya. Bahkan untuk pesawat terbang ada Pilot dan Co-pilot, sementara di kapal laut ada Kapten, juru mudi, dan lain-lain. Toh, ribuan kecelakaan selalu terjadi di darat, laut, dan udara. Meski ada yang mengatur, tetap terjadi kecelakaan lalu lintas.
Sebaliknya, bumi, matahari, bulan, bintang, dan lain-lain selalu beredar selama milyaran tahun lebih (umur bumi diperkirakan sekitar 4,5 milyar tahun) tanpa ada tabrakan. Selama milyaran tahun, tidak pernah bumi menabrak bulan, atau bulan menabrak matahari. Padahal tidak ada rambu-rambu jalan, polisi, atau pun pilot yang mengendarai. Tanpa ada Tuhan yang Maha Mengatur, tidak mungkin semua itu terjadi. Semua itu terjadi karena adanya Tuhan yang Maha Pengatur. Allah yang telah menetapkan tempat-tempat perjalanan (orbit) bagi masing-masing benda tersebut. Jika kita sungguh-sungguh memikirkan hal ini, tentu kita yakin bahwa Tuhan itu ada.
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” [Yunus:5]
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” [Yaa Siin:40]
Sungguhnya orang-orang yang memikirkan alam, insya Allah akan yakin bahwa Tuhan itu ada:
“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” [Ar Ra’d:2]
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” [Ali Imron:191]
Terhadap manusia-manusia yang sombong dan tidak mengakui adanya Tuhan, Allah menanyakan kepada mereka tentang makhluk ciptaannya. Manusiakah yang menciptakan, atau Tuhan yang Maha Pencipta:
“Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?” [Al Waaqi’ah:58-59]
“Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya?” [Al Waaqi’ah:63-64]
“Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?” [Al Waaqi’ah:72]
Di ayat lain, bahkan Allah menantang pihak lain untuk menciptakan lalat jika mereka mampu. Manusia mungkin bisa membuat robot dari bahan-bahan yang sudah diciptakan oleh Allah. Tapi untuk menciptakan seekor lalat dari tiada menjadi ada serta makhluk yang bisa bereproduksi (beranak-pinak), tak ada satu pun yang bisa menciptakannya kecuali Allah:
“…Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” [Al Hajj:73]
Sesungguhnya, masih banyak ayat-ayat Al Qur’an lainnya yang menjelaskan bahwa sesungguhnya, Tuhan itu ada, dan Dia lah yang Maha Pencipta

PENETAPAN RISIKO PENGENDALIAN

Proses penilaian tentang efektivitas rancangan dan pengoperasian kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern suatu perusahaan dalam mencegah dan mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan.
Risiko pengendalian ditetapkan untuk masing-masing asersi, maka masing-masing auditor akan melakukan:
-           Mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur-prosedur untuk mendapatkan pemahaman.
-           Mengidentifikasi salah saji potensial.
-           Mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan.
-           Melakukan pengujian pengendalian.
-           Mengevaluasi bukti dan menetapkan risiko.
Penaksiran RISIKO PENGENDALIAN
Penaksiran RESIKO PENGENDALIAN adalah proses evaluasi efektifitas desain dan operasi pengendalian intern entitas dalam rangka pencegahan atau pendeteksian salah saji material dalam laporan keuangan.
PENGUJIAN PENGENDALIAN
PENGUJIAN PENGENDALIAN adalah prosedur audit yang dilaksanakan untuk menentukan efektifitas desain dan/atau operasi pengendalian intern.
Pengujian pengendalian berbarengan
Pengujian pengendalian berbarengan dilaksanakan oleh auditor bersamaan waktunya dengan usha pemerolehan pemahaman atas pengendalian intern. Pengujian ini dilakukan oleh auditor, baik dalam strategi pendekatan terutama substantif maupun dalam pendekatan risiko pengendalian rendah.
Pengujian pengendalian Tambahan atau Pengujian Pengendalian yang direncanakan.
Pengujian pengendalian dilakukan oleh auditor dalam pekerjaan lapangan. Pengujian pengendalian ini dapat memberikan bukti tentang penerapan semestinya kebijakan dan prosedur pengendalian secara konsisten sepanjang tahun yang diaudit.
Jenis Pengujian Pengendallian
Jenis pengujian pengendalian yang dapat dipilih auditor dalam pelaksanaan pengujian pengendalian adalah : (1) Permintaan keterangan, (2) Pengamatan, (3) Inspeksi, (4) Pelaksanaan kembali.
Waktu Pelaksanaan Pengujian Pengendalian
Waktu pelaksanaan pengujian pengendalian berkaitan dengan kapan prosedur tersebut dilaksanakan dan bagian periode akuntansi dimana prosedur tersebut berhubungan. Pengujian pengendalian tambahan dilaksanakan dalam pekerjaan interim, yang dapat dalam jangka waktu beberapa bulan sebelum akhir tahun yang diaudit.
Lingkup Pengujian pengendalian
Semakin luas lingkup pengujian pengendalian yang dilakukan oleh auditor, akan dapat dikumpulkan bukti lebih banyak mengenai efektifitas pengendalian intern. Semakin banyak orang yang dimintai keterangan tentang pengendalian intern atas asersi tertentu, semakin banyak bukti yang dapat dikumpulkan oleh auditor untuk menilai efektifitas pengendalian intern atas asersi tersebut.

Program audit untuk Pengujian Pengendalian
Keputusan yang diambil oleh auditor berkaitan dengan jenis, lingkup, dan saat pengujian pengendalian harus didokumentasikan dalam suatu program audit dan kertas kerja yang bersangkutan.
Kerja sama dengan auditor intern dalam Pengujian pengendalian
Bilamana auditor independen melakukan audit atas laporan keuangan entitas yang memiliki fungsi audit intern, auditor independen dapat (1) melakukan koordinasi pekerjaan auditnya dengan auditor intern, dan/atau (2) menggunakan auditor intern untuk menyediakan bantuan langsung dalam audit.
Pengujian dengan tujuan ganda ( dual-purpose tests )
Jenis pengujian semacam ini diebut dengan istilah “pengujian dengan tujuan ganda”. Bilamana jenis pengujian ini dilaksanakan, auditor harus mendesain pengujiannya sedemikian rupa sehingga ia dapat mengumpulkan bukti tentang efektifitas pengendalian intern sekaligus mendapatkan bukti tentang kekeliruan moneter dalam akun.